Doomscrolling: Definisi, Dampak Negatif, dan Cara Mengatasinya

doomscrolling
Daftar Isi Konten
Di era digital dimana semuanya berevolusi dengan cepat, kita semakin mudah untuk mengakses informasi hanya dalam hitungan detik. Namun, kemudahan ini membawa fenomena baru yang dikenal dengan istilah doomscrolling. Istilah ini merujuk pada kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang karena mereka secara terus-menerus menscrolling dan menkonsumsi berita buruk atau informasi negatif, terutama di media sosial. Awalnya, kebiasaan ini terlihat wajar karena kita ingin selalu terhubung dengan perkembangan terbaru, tetapi tanpa disadari, doomscrolling justru dapat menjerumuskan kita pada lingkaran kecemasan, stres, bahkan kelelahan mental. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami dan mendalami apa sebenarnya doomscrolling itu, bagaimana kebiasaan ini terbentuk, dan apa saja langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.

Apa Itu Doomscrolling?

Doomscrolling adalah sebuah aktivitas dimana seseorang mengonsumsi berita buruk atau informasi negatif secara berlebihan, biasanya melalui ponsel atau komputer. Istilah ini mulai populer pada tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 yang secara otomatis mendorong masyarakat untuk menggunakan internet untuk terus mencari informasi terbaru. Sayangnya, alih-alih memberi rasa aman, kebiasaan ini justru membuat orang semakin cemas dan sulit berhenti. Dalam banyak kasus, doomscrolling bahkan dilakukan tanpa sadar, terutama ketika seseorang merasa bosan atau gelisah. Dengan algoritma media sosial yang cenderung menampilkan konten yang sering dikonsumsi, pengguna akhirnya terjebak dalam pusaran berita buruk yang tiada habisnya.

Mengapa Doomscrolling Terjadi?

Kebiasaan doomscrolling tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang mendorongnya. Pertama, otak manusia secara alami lebih peka terhadap informasi negatif dibandingkan informasi positif. Hal ini dikenal dengan istilah negativity bias. Kedua, media sosial dan portal berita digital memanfaatkan algoritma yang menyesuaikan konten berdasarkan kebiasaan pengguna. Artinya, semakin sering seseorang mengklik berita negatif, semakin sering pula konten serupa muncul di beranda mereka. Faktor ketiga adalah kebutuhan psikologis untuk merasa up to date. Banyak orang merasa perlu selalu mengetahui perkembangan terbaru, padahal kebiasaan ini justru memperburuk kecemasan.

Ciri-Ciri Seseorang Terjebak Doomscrolling

Agar bisa mengatasinya, penting untuk mengenali tanda-tanda doomscrolling sejak dini. Misalnya, ketika seseorang merasa tidak bisa berhenti memainkan media sosial meskipun sudah larut malam. Selain itu, mereka sering merasakan perasaan lelah, cemas, atau sedih setelah membaca berita. Ciri lainnya adalah munculnya rasa bersalah karena terlalu banyak waktu yang terbuang, tetapi tetap sulit untuk berhenti. Jika tanda-tanda ini mulai terasa, artinya kebiasaan doomscrolling sudah memengaruhi pola hidup sehari-hari mereka.

Dampak Negatif Doomscrolling

Meskipun terlihat sepele, doomscrolling membawa dampak serius bagi kesehatan mental. Rasa cemas, stres berlebih, hingga gangguan tidur adalah efek yang paling sering muncul. Selain itu, kebiasaan ini juga bisa menurunkan produktivitas karena seseorang lebih sering terdistraksi dengan berita buruk daripada fokus pada pekerjaan. Dalam jangka panjang, doomscrolling bisa memicu gejala depresi ringan hingga berat. Kondisi ini menunjukkan bahwa doomscrolling bukan hanya masalah kebiasaan digital, tetapi juga tantangan kesehatan mental yang harus segera ditangani.

Cara Menghentikan Doomscrolling

Mengatasi doomscrolling membutuhkan langkah yang harus dilakukan secara sadar dan konsisten. Salah satu cara paling efektif adalah membatasi waktu penggunaan media sosial. Pengguna bisa memanfaatkan fitur screen time pada ponsel mereka untuk mengontrol durasi penggunaan. Selain itu, membuat jadwal khusus untuk membaca berita juga membantu, sehingga seseorang tidak terus-menerus terdorong membuka aplikasi. Strategi lain adalah mengganti kebiasaan doomscrolling dengan aktivitas yang lebih sehat, seperti membaca buku, berolahraga, atau bermeditasi.

Menggunakan ClickUp Sebagai Solusi Doomscrolling

Lebih dari itu, penggunaan aplikasi manajemen produktivitas seperti ClickUp juga dapat menjadi solusi praktis bagi penderita doomscrolling, terutama ketika hal tersebut sudah menggangu pekerjaan mereka. Dengan ClickUp, seseorang bisa mengatur jadwal harian, menuliskan prioritas, hingga melacak kebiasaan produktif. Fitur task management dan AI assistant (ClickUp Brain) yang tersedia juga dapat membantu mengalihkan perhatian dari doomscrolling menuju kegiatan yang lebih bermanfaat. Dengan kata lain, ClickUp tidak hanya membantu mengatur pekerjaan, tetapi juga mendukung gaya hidup digital yang lebih sehat dan seimbang.

Baca juga:  Cara Mengatur Jadwal Kerja Hybrid Tanpa Stress

Baca juga:  Kurangi Stress Dengan Cara Membuat To Do List

Kesimpulan

Doomscrolling merupakan fenomena digital yang semakin marak di era media sosial. Kebiasaan ini berawal dari keinginan untuk selalu terhubung dengan informasi terbaru, namun justru membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental. Dengan memahami definisi, penyebab, hingga ciri-cirinya, kita bisa lebih waspada terhadap kebiasaan ini. Menghentikan doomscrolling memang tidak mudah, tetapi langkah sederhana seperti membatasi waktu layar, memilih sumber berita dengan bijak, dan memanfaatkan aplikasi manajemen produktivitas seperti ClickUp bisa sangat membantu. Pada akhirnya, keseimbangan dalam mengonsumsi informasi adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental sekaligus meningkatkan kualitas hidup di tengah derasnya arus digital.

Bagikan ke:

WhatsApp
Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
LinkedIn

Artikel Terkait

Masih Mau Jalan Sendirian ?

Rimba House adalah teman Anda dalam menjalankan bisnis